November 15, 2012

Days of Blood and Starlight by Laini Taylor


Title: Days of Blood and Starlight
Author: Laini Taylor
Publisher: Little Brown (November 2012)
Pages: 517 pg
Read in Ebook copy

***

Once upon a time, an angel and a devil fell in love and dared to imagine a world free of bloodshed and war.
This is not that world.


Art student and monster's apprentice Karou finally has the answers she has always sought. She knows who she is—and what she is. But with this knowledge comes another truth she would give anything to undo: She loved the enemy and he betrayed her, and a world suffered for it.

In this stunning sequel to the highly acclaimed Daughter of Smoke & Bone, Karou must decide how far she'll go to avenge her people. Filled with heartbreak and beauty, secrets and impossible choices, Days of Blood & Starlight finds Karou and Akiva on opposing sides as an age-old war stirs back to life.

While Karou and her allies build a monstrous army in a land of dust and starlight, Akiva wages a different sort of battle: a battle for redemption. For hope.

But can any hope be salvaged from the ashes of their broken dream?

***
“Light coursed through Karou and darkness chased it-burning through her, chilling her, shimmer and shadow, ice and fire, blood and starlight, rushing, roaring, filling her."

Pernah dengar kata-kata 'assumption kills'? Yup. Asumsi merusak segalanya. Sewaktu selesai membaca Daughter of Smoke and Bone, kita menutup cerita dengan adegan Karou yang pergi menembus portal menuju Eretz (dunia para seraph dan chimaera) dengan bantuan Razgut. Karou dipenuhi dengan rasa bersalah and remorse, sebagian dirinya membenci Akiva karena Akiva ikut berperan dalam pembantaian kaum chimaera (termasuk Brimstone, Twiga, Issa dan Yasri yang selama ini adalah keluarga bagi Karou) sebagian lagi membenci dirinya sendiri karena telah mencintai dan menyelamatkan Akiva, 17 tahun yang lalu, bahkan setelah Karou/Madrigal dihukum pancung. Ia menyelamatkan Akiva, dan sekarang Akiva justru menyebabkan keluarganya, bangsanya hampir punah.

Akiva yang kemudian menyusul Karou, berusaha menemukan dan menyelamatkan gadis itu dari situasi perang di Eretz, justru kemudian menemukan sebuah thurible (wadah yang dipakai untuk menampung jiwa yang mati sebelum 'dimasukkan' ke dalam tubuh baru) bertuliskan nama Karou. Lagi-lagi asumsi: Karou telah mati. Dan sekarang, tidak ada yang bisa membangkitkan Karou lagi karena Brimstone, satu-satunya chimaera yang dapat melakukan praktek resurrection, telah dibunuh oleh bangsa seraph.

Laini Taylor continues to awe me with her wonderful & beautiful writing. She told everything in details. Kita diajak lebih jauh untuk masuk ke dalam Eretz (Praha yang indah dan eksotis itu rasanya udah terlupakan deh) dan mengeksplor lebih detail tentang situasi hidup seraph dan chimaera yang sesungguhnya. Tapi persis seperti yang tertulis di sinopsis,  "Filled with heartbreak and beauty, secrets and impossible choices, Days of Blood & Starlight finds Karou and Akiva on opposing sides as an age-old war stirs back to life" buku kedua ini nuansanya lebih dark dan muram. Kalau dari awal pengennya baca kisah cinta Karou dan Akiva yang makin berbunga-bunga, well you have to wash that hopes away. Untuk sampe di poin dimana Akiva dan Karou akhirnya ketemu aja harus nunggu sampai setengah buku T_T

Days of Blood and Starlight mengajarkan bahwa asumsi dan prasangka yang salah pasti akan merusak semuanya. Mimpi Karou dan Akiva yang ingin mewujudkan satu dunia, satu Eretz dimana bangsa chimaera dan seraph bisa hidup berdampingan dalam damai, kini rusak. Hancur dan hilang oleh perbuatan mereka sendiri. Ini jadi kayak cerminan besar keadaan kita sesungguhnya di real life, ya. Seperti kata guru les saya, banyak bangsa manusia yang sejak lama bermusuhan satu sama lain atas dasar hal-hal yang tidak bisa mereka pilih karena sudah dari sananya begitu sejak lahir (ras, agama, warna kulit, kelas sosial) tapi mereka justru dihinakan oleh manusia lain karena hal-hal tersebut. Di dunia Karou dan Akiva, para seraph dan chimaera di dunia sekarang pun tidak tahu alasan awal mereka bermusuhan hingga terlibat dalam perang ratusan tahun. Yang mereka tahu, mereka terlahir sudah menjadi satu diantaranya, dan hidup dengan memusuhi bangsa lawan. Akiva pun hanya menyebutkan bahwa para seraph dahulu pernah diserang, dihancurkan, dan dimusnahkan bersama sejarah dan buku-buku sihir mereka, namun alasan penyerangan itu, mereka tidak mengerti apa-apa. Karena itulah, kini para seraph membalas dendam dengan cara membakar semua portal dan memusnahkan para chimaera yang masih hidup.

“Yeah? Okay," she said, staring up into the stars. "Let's see. You know how, at the end of Romeo and Juliet, Juliet wakes up in the crypt and Romeo's already dead? He thought she was dead so he killed himself right next to her?"
"Yeah. That was awesome." A pause, followed by "Ow," suggested elbow punctuation on the part of Mik.
Karou ignored it. "Well, imagine if she woke up and he was still alive, but..." She swallowed, waiting out a tremor in her voice. "But he had killed her whole family. And burned her city. And killed and enslaved her people.”

Sejujurnya, yang pingin saya lakuin pas baca buku ini adalah nangkep si Karou dan Akiva, gerendel tangan mereka berdua, terus masukin mereka ke dalam satu ruangan tertutup gitu. Biar mereka bicara satu sama lain dan ngobrol, bukannya berasumsi lagi, berasumsi lagi dan sekalinya ketemu malah saling serang atau ngeluarin kata-kata yang nyakitin. Kalo perlu, hantemin kepala mereka ke satu sama lain dulu sebelumnya! Hih. Abis genggeeesss. Sedih rasanya baca Akiva yang pasrah aja nerima semua kebencian Karou sementara Karou terus-menerus menolak untuk ngeliat past her judgements dan terus menerus kekeuh bahwa Akiva yang salah, dan Akiva-lah yang menyebabkan dia sekarang kehilangan keluarganya. :(

Karakter Karou yang saya kagumi di buku pertama lama-lama menghilang seiring dengan lebih jauhnya baca Days of Blood and Starlight. Kita dihadapkan pada sosok Karou yang semakin keras kepala, lebih memilih untuk tenggelam dalam kedukaannya sendiri, dan kadang ada beberapa keputusan yang ia buat yang bikin geleng-geleng kepala banget. To me, she has lost that unique, eerie, and edgy side of her that I really loved. Sebenarnya kalau mau melihat dari sudut pandang dia, segala yang dia lakuin bisa dipahami sih (bayangkan gimana rasanya tahu kalo orang yang kamu cintai selama ini malah membunuh keluargamu), but she's also being too hard to her ownself.

"Please, child, do you think I don't know you at all? I'm not going to say there's some easy future for you, or even any future at all. I only want you not to punish yourself. You've always felt the truth in him, then and now. Your heart is not wrong. Your heart is your strength. You don't have to be ashamed."

Banyak tokoh-tokoh sampingan baru bermunculan, dan banyak diantara mereka akan memegang peranan penting dalam jalinan cerita yang makin lama makin complicated ini. Rasanya kayak nyoba ngelurusin benang kusut tapi akhirnya malah ngebuat kita harus ngehadapin gumpalan benang yang lebih kusut dan lebih runyam lagi huhuhu. Untungnya Laini menghadirkan sosok 'pencerah' cerita dalam wujud Zuzana & Mik yang sedikit-banyak ngehadirin suasana humor. They're really cuuuuuute together and I'm glad they made more appearances in this book. I love Zuze! :D

The beautiful pink-haired Laini Taylor <3
Jadi kalau ditanya, apakah bukunya bagus? Yap, bukunya bagus, dari sisi yang berbeda dengan Daughter of Smoke and Bone ya tapinya. Sebanding dengan buku pertama? Hampir. Hampir sebanding, tapi pendapat saya ini mungkin juga karena biased sih (maklum, demennya cerita yang menye-menye dan banyak cinta-cintaannya huehehe)

Is there any love triangle? Well... You have to read the book on your own. Nggak mau spoiler lebih banyak ah. Yang jelas.... jadinya nggak seperti yang saya bayangkan lah.

If you think you can handle the angst, then go for it. If you can't, well, I'd say it's better for you to wait until the finale book is out to read this one. It's still freakinly awesome, though!

The expected publication of the last book is still written to be 2013 as of today, semoga nggak berubah ya. Nggak apa-apa deh akhir 2013 juga, yang penting jangan sampe 2014 atau 2015 huhuhu! Dan semoga terjemahan Days of Blood & Starlight dari GPU nanti juga bagus kayak terjemahan buku pertama. :-)


- Tirta.

5 comments:

  1. INI BENERAN ADA LOVE TRIANGLE GAK? #kududicapslock #barunyampehalaman50

    ReplyDelete
    Replies
    1. LOL. I appreciate ur attempt, Aulia, but no way. You have to read on your own :p
      *lips sealed*

      Delete
  2. Suka jg buku pertama, n sptnya tanggapan kita sama..mau nanya, ada rekomendasi buku bagus lain? Tp sy kurang suka yg spt Twilight, tll romance n alurnya lambat, boring..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya dari genre YA-Fantasy juga ya? Sejujurnya saya juga jarang baca yg fantasy-romance hehe jadi agak bingung... Mungkin seri The Mortal Instruments atau buku Laini Taylor lainnya, judulnya Lips Touch: Three Times. :)

      Delete
  3. hai, kamu sering nemu ebooks novel luar itu dmn sih?

    ReplyDelete

Thank you for reading this post! I always love to share and discuss thoughts about books or simply reading your comments; they are very much appreciated! I will try to reply every one of them so make sure to check back. ❤