oleh Prisca Primasari
Terbit 2013 oleh Grasindo Publishing
Indonesian fiction/Romance
203 hlm
Buku lain dari Prisca: Eclair, Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa, Paris: Aline
***
Konichiwa! Selamat datang di Evergreen, kafe es krim penuh pelayan baik hati, lagu The Beatles akan melengkapi hari-harimu. Tempat yang menghangatkan, bahkan bagi seorang gadis pengeluh dan egois sepertimu, Rachel!
Di kafe itu, kau menemukan sebuah dunia baru, juga pelarian setelah dipecat dari pekerjaanmu. Menurutku itu bagus! Apa enaknya sih kerja jadi editor?
Namun, sebenarnya butuh berapa banyak kenangan dan sorbet stroberi untuk mengubah sifat egoismu? Atau yang kau butuhkan sebenarnya hanya kasih sayang? Mungkin dariku, si pemilik kafe? Hmmm?
"Kalau suasana hatiku sedang kacau, aku biasa datang ke kafe es krim Evergreen,"
Rachel Yumeko River—selanjutnya lebih sering dipanggil dengan Rashieru/Riba-san—baru saja dipecat dari pekerjaan yang sangat ia cintai di Sekai Publishing. Ia marah, kesal, kecewa dan merutuki diri serta nasib buruknya. Lebih sedih lagi ketika mengetahui teman-temannya malah meninggalkannya berlibur bersama tanpa mengajak Rachel sama sekali. Rachel merasa tidak dipedulikan. Ia juga sangat frustrasi, sampai-sampai sempat berniat untuk jisatsu—bunuh diri.
Dalam keadaan kacau, Rachel pergi ke Evergreen, sebuah kafe es krim manis yang terletak di Komazawa-dori, Shibuya. Disana ia bertemu banyak orang: Yuya si pemilik kafe, Gamma, Fumio, Kari, hingga Toichiro-san, pelanggan yang tiap hari datang ke Evergreen. Kunjungan Rachel ke kafe Evergreen berbuah baik. Atas kebaikan hati Yuya pula, Rachel ditawari untuk bekerja di Evergreen. Awalnya Rachel menolak. Ia gengsi. Tapi karena butuh pekerjaan, dengan berat hati ia menerima tawaran tersebut.
Evergreen seolah punya dua cerita utama. Yang pertama tentang Rachel dan usahanya membangun hidupnya kembali—berkenalan dengan orang-orang di Evergreen yang sedikit demi sedikit membuatnya menyadari dan mau mengoreksi diri serta memperbaiki kesalahan yang membuat ia dipecat dari pekerjaan. Yang kedua adalah tentang Fumio dan Toshi, adik Fumio yang menderita Alzheimer. Fumio berusaha sedapat mungkin supaya sang Adik tidak melupakan kenangan-kenangan keluarga mereka yang paling berharga, tapi usahanya kian berujung kecewa karena penyakit itu terus menyerang ingatan-ingatan Toshi tanpa ampun.
Tipikal buku-buku Prisca Primasari lainnya, world building di buku ini juga bagus dan kuat. Setelah Rusia, Prancis, kali ini Jepang. Saya selalu terkesan tiap kali baca buku beliau karena deskripsinya bikin imajinasi di kepala kita tentang latar tempat dan suasananya jelas, seolah-olah kita benar-benar ada di Evergreen yang manis, yang dapurnya senantiasa menguarkan wangi harum yang berasal dari menu-menunya.
Tembok kafe berwarna krem, dengan aksen garis-garis tipis cokelat tua yang mengesankan kulit dan kambium pepohonan. Papan bertuliskan Evergreen dirakit dari jati pipih dengan pinggiran yang mengikuti bentuk huruf-hurufnya. Jendela-jendela mungil di sana bergorden putih tipis, diikat menyamping dengan pita emas. Boneka-boneka beruang kecil tersemat di beberapa bagian gorden.
Rachel melihat banyak kursi puff, sofa mungil, dan meja-meja bertaplak handmade. Tembok dipenuhi kertas dinding nuansa oranye dan kuning, dengan motif bunga-bunga kecil. Para pengunjung dapat duduk dan menikmati es krim dimanapun.