September 08, 2013

Jika by Windy Ariestanty, Alanda Kariza, Rahne Putri dkk

Jika
dan hanya jika

Oleh Alanda Kariza, Artasya Sudirman, Bella Pangabean, Desiyanti, Feba Sukmana, Gita Romadhona, Hanny Kusumawati, Mita M Supardi, Nanette Isdito, Novi Kresna Murti, Stella Ang, Windy Ariestanty
Kumpulan cerita
Diterbitkan Agustus 2013 oleh Gagas Media
224 hlm

***

Apa yang tebersit dalam hatimu, saat kaki sudah menjejak di masa sekarang, tetapi sebuah ingin masih tertinggal di masa lalu? Kau mungkin berharap semesta mengulang jika. Apa yang memenuhi harapmu saat melihat esok masih terlalu gulita dan gelap tak mampu kau kira? Kau mungkin mendamba banyak jika. Jika, dan hanya jika. Tiga belas penulis mengabadikan rentak yang mereka temui di perjalanan dalam foto. Lalu, mereka beri “jika” ke dalamnya, ditambah rindu, cinta, dan harapan yang kadang hampir selesai. Menjelmalah, tiga belas “jika” penuh warna.

Angan-angan. Bersama napas yang kuhidup dan 
kuembus, jutaan khayal bertransformasi menjadi energi 
yang memompa nadi, mengirimkan pesan pada hati
mengajak diri untuk memulai suatu perjalanan.

Don't judge a book by it's cover lama-lama nggak berlaku lagi buat saya. Dari dulu, buku dengan cover cantik-menarik-dan ciamik selalu berhasil menarik perhatian, entah apakah isinya sepadan dengan bentuk fisik tersebut atau tidak. Begitu juga dengan Jika. Cover ini buat saya gorgeous banget! Penggunaan ambigram kata Jika di cover sangat unik (Ambigram: Jenis typografi dimana sebuah kata bisa tetap dibaca sama meskipun dari berbagai sudut pandang. Coba bolak balik cover buku Jika ini sebagai contoh), kayaknya baru sekali ini saya nemu buku dengan ide desain cover yang pakai ambigram.

Tapi Jika tidak hanya memuat kumpulan cerita. Halaman-halamannya dihiasi dengan foto-foto indah yang membuat pembacanya lebih menikmati dan meresapi setiap cerita maupun sajak yang ada. Pada Setumpuk Jika di Manhattan, Alanda Kariza menghadirkan sosok Navita yang sedang mencari Ayahnya di New York demi menjadi wali dalam pernikahannya dengan Leo. Jika saja aku tidak membuat Ayah dan Bunda berpisah, semuanya tidak akan menjadi seperti ini adalah premis dari cerita pembuka tersebut.

Lalu Rahne Putri hadir dengan Kisah Cinta di Balik Pintu Renta yang sangat menyentuh. Saya sudah lama follow beliau dan selalu terkesan tiap kali membaca sajak-sajaknya di Sadgenic, dan bagian partisipasi Rahne dalam omnibus Jika punya sebuah paragraf yang jadi favorit:

Sebuah mimpi tidak selayaknya egois terhadap mimpi yang lain. Biarkanlah mimpi berkembang, dan biarkan cinta tersimpan di sela-selanya. Biarlah jarak dan waktu menjadi benalu sementara, dan jika kau percaya, cinta bisa kau bangunkan sewaktu-waktu bersama-sama.


Apa yang kamu ketahui tentang kehilangan? Hanny Kusumawati menanyakan itu melalui ceritanya Tentang Kehilangan. Saya nggak pernah suka cerita yang mengandung unsur infidelity, tapi Hanny bercerita melalui sudut yang berbeda. Disini ada Alia yang kekasihnya baru saja meninggal. Diaz tidak hanya meninggalkan Alia, tapi juga Bening, istri Diaz yang sudah lama tahu tentang hubungan sang suami dengan Alia. Entah kenapa, di antara jika-jika lain, Tentang Kehilangan justru malah jadi yang paling berkesan.

Tetapi layaknya karya maupun kumpulan cerita lain, Jika juga punya kelebihan dan kekurangan. Di luar tiga cerita yang saya sebut diatas, ada sepuluh bagian lain dengan khas masing-masing penulis yang berbeda. Tidak semua dalam omnibus ini bagus, ada yang terasa biasa dan mudah dilupakan begitu saja. Juga sayangnya, tidak semua dari ketigabelas cerita yang ada benar-benar meresonansikan kata Jika. Kebanyakan dari kisah-kisahnya bernada suram, dengan kata-kata puitis disana-sini. Jika tidak spesial, tapi membelinya pun tidak rugi, apalagi jika melihat foto-foto cantik yang ada di dalam. A picture tells a thousand words, dan kadang mereka justru lebih bisa dinikmati dibanding cerita dari si penulis. Favorit saya terutama foto-foto yang ada di balik Between The Last Train Leaving and The First Train Arriving-nya Novi Kresna Murti, yang meng-capture sudut kota Osaka, Berlin, dan Barcelona dalam berbagai musim dengan sangat ciamik.

Jadi, jika kamu penggemar kumpulan cerita maupun sajak dan senang mengapresiasi fotografi, I would recommend this book for you. Especially if you're a #GagasAddict, make sure not to pass this one. :)

Aku musafir asa.
Asaku melilit jelita.
Asaku menjerat keindahan.
...
Andai kau masih mau ikutku berjalan, mari, siapkan mimpimu.
Kau harus tau pasti ke mana arah yang dituju dan di mana kau kan berlabuh.
Aku bukan nahkoda, kau bukan penumpang.
...
Ingat saja, asa milik mereka yang siap bertualang.
Asa milik mereka yang terus menjaga cahaya imaji.
Asa milik mereka yang berjuang demi cita.

See you in the next review!

8 comments:

  1. pengen buku ini akrena ada beberapa penulis yang tulisannya aku suka, pernah buka di tobuk kalau nggak salah inti serinyanya tentang foto kemudian menceritakannya kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku kurang tau kalo proses dibaliknya Kak, aku kira cuma nulis cerita/sajak/karya dengan 'prompt' kata Jika terus dilengkapi foto-foto gitu hehehe. Fotonya bagus-bagus banget emang <3

      Delete
  2. Replies
    1. Unik, ya? Aku juga nggak ngeh sih tadinya, pas merhatiin bookmark dan dibalik-balik baru nyadar "Wih ini ambigram toh" hehe :D

      Delete
  3. terima kasih sudah membaca #jika :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kembali Mbak Gita, ditunggu karya-karya selanjutnya :)

      Delete

Thank you for reading this post! I always love to share and discuss thoughts about books or simply reading your comments; they are very much appreciated! I will try to reply every one of them so make sure to check back. ❤