October 23, 2012

Take a Bow by Elizabeth Eulberg


Judul: Take a Bow
Penulis: Elizabeth Eulberg
Penerjemah: Mery Riansyah
Penerbit: Bentang Belia (September 2012)
Harga: Rp 49.000

***
Emme, Sophie, Ethan, and Carter are seniors at a performing arts school, getting ready for their Senior Showcase recital, where the pressure is on to appeal to colleges, dance academies, and professionals in show business. For Sophie, a singer, it's been great to be friends with Emme, who composes songs for her, and to date Carter, soap opera heartthrob who gets plenty of press coverage. Emme and Ethan have been in a band together through all four years of school, but wonder if they could be more than just friends and bandmates. Carter has been acting since he was a baby, and isn't sure how to admit that he'd rather paint than perform. The Senior Showcase is going to make or break each of the four, in a funny, touching, spectacular finale that only Elizabeth Eulberg could perform.

***

There are so many words bottled up inside
They scream out to be released
You've cast a spell over me
Been blinded for long, but can now see...

Carter
Narasi dibuka oleh kisah hidup seorang Carter Harrison. Dia ini mantan bintang cilik terkenal, sejak usia enam bulan sudah diajak sana-sini oleh Ibunya untuk ikut casting. Saat usia sembilan tahun, Carter sudah diundang ke acara paling bergengsi macam Oscar. Bisa dibilang udah seumur hidupnya Carter berakting. Tapi sebenernya Carter capek. Capek harus 'berakting' bahkan di kehidupan nyata, capek menghadapi Mom-nya yang lebih antusias tentang ketenaran dibanding Carter sendiri. Apalagi sekarang ditambah Sophie, pacarnya yang juga gila perhatian press. Passion Carter sebenarnya ada di bidang melukis, cuma dia belum berani untuk keluar dari zona nyaman dan melepas semua yang udah dia dapatkan sampai saat ini.

Sophie
Sophie Jenkins, pacar Carter, adalah cewek dengan ambisi yang tinggi untuk jadi bintang. Sophie punya keahlian dalam bidang menyanyi. Ia senang dengan segala macam perhatian, dan ia akan melakukan apapun untuk membuat penampilan-penampilannya selalu bagus, termasuk menyanyikan lagu buatan sahabatnya (tapi kemudian nggak mau ngakuin kalau itu buatan sahabatnya. *cibir*) Sophie ini karakter antagonis di Take a Bow; sebenernya, ambisi dia untuk jadi sukses dan berhasil itu bisa dimengerti dan relatable (namanya juga remaja yang punya banyak mimpi, siapa sih yang nggak pengen sukses, ya kan?), tapi cara-cara yang dia lakukan untuk mencapai ambisinya itu yang nyebelin. Kalau baca narasi Sophie ini entah kenapa keingetannya sama Blair Waldorf. *shrug*

Emme
Nah, Sophie tadi, sahabatan dekat sama Emme Connelly. Mereka udah sahabatan sejak umur delapan tahun. Kalau bidang Sophie adalah Vokal, bidang Emme adalah komposisi musik. Sayangnya, di high school ini hubungan Sophie-Emme mulai agak renggang. Sophie cuma datang kalau lagi butuh doang. Emme juga sekarang tergabung dalam sebuah band bareng Ethan, Jack dan Ben. Karakter Emme penuh dengan kesan insecure dan naif. Nggak sadar dan nggak pernah mau terima kenyataan kalau selama ini Sophie cuma manfaatin lagu-lagunya doang. Nggak PD buat coba jadi penyanyi di band, padahal suaranya lumayan, dan cuma dia yang paling bisa nyanyiin lagu-lagu buatannya sendiri. DAN, juga nggak sadar bahwa ada seseorang di band yang jatuh cinta sama dia. Tapi kelebihannya, Emme ini baik. Seorang sahabat yang loyal dan bisa diandalkan, dan juga pemersatu semua tokoh dalam cerita Take a Bow.

Ethan
Sosok sekeren Ethan Quinn emang justru lebih memesona ya kalau karakternya kompleks :)) Dia ini pemegang gitar di band, dulunya hobi selingkuh dan minum-minum sebelum manggung buat ngatasin demam panggungnya. Untungnya, semua berubah begitu terjadi 'pertengkaran besar' setelah sebuah kejadian, dan pertengkaran itu ngelibatin semua anggota band-nya. Udah lama Ethan jatuh cinta sama Emme... Tapi nggak pernah berani ngungkapin (Hayah!). Nggak banyak yang bisa diketahui tentang Ethan karena emang porsinya di buku ini lebih banyak nyeritain tentang hubungan dia dan Emme, juga kegiatan sekolah, band, dan audisi masuk universitas. Tapi paling meleleh waktu bagian lirik lagu yang ditulis Ethan buat Emme! Haduuuuh *kipas-kipas diri*

***

Take a Bow, US Cover
Saya nggak pake sinopsis back-cover versi Indonesia karena jujur aja, nggak cukup menggambarkan isi bukunya. Tadinya setelah baca sinopsis versi Bentang Belia, saya pikir cerita Take a Bow ini fokusnya lebih ke arah cewek yang dilema milih diantara dua cowok, ahihi. Ternyata bukan.
Ceritanya asyik!
Saya suka novel-novel remaja yang banyak masukin unsur musik ke dalam ceritanya, termasuk Take a Bow. Latar disini adalah di CPA, atau Creative and Performing Arts, New York. Novel diceritakan melalui sudut pandang keempat tokoh diatas, yang mana jadi nilai lebih karena kita bisa 'masuk' lebih jauh ke dalam pikiran para tokoh, tapi terdapat nilai kurang juga karena jadi nggak fokus sama satu pikiran, pembaca harus siap loncat-loncat pemahaman. Jujur aja di beberapa bab awal sempat bosan, apalagi ditambah harus adaptasi sama terjemahannya yang menurut saya agak nggak biasa. Disini kata gantinya jadi 'aku-kamu', bukan 'aku-kau' seperti buku-buku terjemahan biasanya. Kata-kata lain juga banyak yang mengalami 'peremajaan', istilahnya, hehehe, contohnya kalau buku terjemahan biasanya 'tidak', ini jadi 'nggak'. Mungkin maksudnya supaya lebih akrab dengan sasaran genre-nya, yaitu remaja, tapi saya pribadi sebenernya lebih suka yang agak resmi kayak biasanya aja sih. Tapi untungnya, begitu sampai ke tengah-tengah sampai akhir, ceritanya jadi lumayan intense dan seru. Kalau baca terjemahannya tuh, entah kenapa terbayang gimana asiknya baca versi asli bukunya :D
Saya suka gimana karakter-karakternya berkembang (*uhuk* kecuali Sophie kayaknya *uhuk*), dari Carter yang mulai berani keluar dari zona nyaman, Emme yang mulai percaya diri, tapi tetep aja... sebel sama Ethan yang nggak berani-berani ngungkapin perasaan! Hihihi. Pas Emme-nya deket sama cowok lain dia malah uring-uringan sendiri.
Juga, senangnya, buku ini nggak melulu fokus ke romance, tapi lebih ke usaha tokoh-tokohnya untuk sukses ngelakuin hal-hal di bidangnya masing-masing, juga hubungan persahabatan Sophie-Emme yang mulai renggang itu. Ditambah bumbu-bumbu humor yang muncul tiap kali ada anggota band-nya Emme & Ethan, si Jack & Ben. Nilai plus banget deh.
Endingnya juga tidak mengecewakan! Hihihi.
In conclusion, Take a Bow is a really read-worthy book. Sweet, light-read, cocok untuk pembaca contemporary YA yang suka kisah-kisah berbau musik, atau mungkin mereka-mereka yang suka nonton TV show semacam Glee nih. :)


If I could kiss away your pain, I would
If I could hold you every night, I would
If I could erase every mistake, every other face
I wouldn't change a thing
Because all those things led me to this place
And to you



 - Tirta.

October 15, 2012

Every Day by David Levithan


Judul: Every Day
Penulis: David Levithan
Penerbit: Knopf Books for Young Readers
Tahun: 2012
Read in Ebook copy

***

In his New York Times bestselling novel, David Levithan introduces readers to what Entertainment Weekly calls a "wise, wildly unique" love story about A, a teen who wakes up every morning in a different body, living a different life.
Every day a different body. Every day a different life. Every day in love with the same girl. 

There’s never any warning about where it will be or who it will be. A has made peace with that, even established guidelines by which to live: Never get too attached. Avoid being noticed. Do not interfere.

It’s all fine until the morning that A wakes up in the body of Justin and meets Justin’s girlfriend, Rhiannon. From that moment, the rules by which A has been living no longer apply. Because finally A has found someone he wants to be with—day in, day out, day after day.

With his new novel, David Levithan, bestselling co-author of Will Grayson, Will Grayson, and Nick and Norah's Infinite Playlist, has pushed himself to new creative heights. He has written a captivating story that will fascinate readers as they begin to comprehend the complexities of life and love in A’s world, as A and Rhiannon seek to discover if you can truly love someone who is destined to change every day.

***

Kalau mau di-summarize, isi dari buku Every Day mungkin begini. A, tokoh utama kita, adalah sebuah jiwa. Setiap hari ia terbangun dalam tubuh orang yang berbeda, mengambil kontrol atas kehidupan seseorang yang ia 'tempati', masing-masing satu hari seorang. A merasakan 24 jam hidup dalam tubuh orang tersebut dan menjadi bagian dari dunianya. A tidak tahu kapan semuanya dimulai dan darimana sesungguhnya ia berasal, yang ia tahu, sejak lahir, inilah yang ia alami.

“I stopped trying to figure it out a long time ago. I'm never going to figure it out,any more than a normal person will figure out his or her own existence. After a while, you have to be at peace with the fact that you simply are. There is no way to know why. You can have theories, but there will never be proof.”

Selama ini, saat A menempati sebuah tubuh, ia tidak pernah mau melibatkan perasaan dalam melakukan kegiatannya, karena toh keesokan harinya ia sudah tidak lagi di tubuh orang itu, ia akan menjadi orang lain. Eh tapi, pada suatu hari, A terbangun dalam tubuh seorang cowok bernama Justin. Kemudian, ia justru jatuh cinta sama Rhiannon, pacar Justin.

Buat saya buku ini spesial karena isinya berbicara tentang manusia; tentang merasakan 'to really walk in someone's shoes' (pasti udah banyak kan yang tau quote 'don't judge someone if you haven't really walked in her/his shoes' yang rasanya udah mulai basi itu), tentang tahu dan paham lebih jauh jalan pikir orang yang berbeda-beda dan melihat cara mereka memandang dunia; every mind is different, bahkan perbedaan tinggi badan aja pun memengaruhi cara pandang kita akan sekeliling.

Fokus masalah memang tentang A yang jatuh cinta sama Rhiannon. A yang kemudian berusaha supaya Rhiannon tahu, dan setelah tahu, pastinya nggak gampang buat seorang cewek biasa untuk nerima bahwa ada jiwa yang berkeliaran di tubuh orang dan setiap hari berganti-ganti jadi orang yang berbeda; jiwa itu jatuh cinta sama dia, pula. Things get complicated waktu Rhiannon ngerasa susah untuk bisa cinta balik ke A dan mertahanin hubungan mereka. Coba, gimana caranya bisa stay in love ketika pacar kamu itu orangnya beda fisik tiap hari, bahkan A bisa aja tinggal di tubuh cewek?

October 14, 2012

Kukila by M. Aan Mansyur


Judul: Kukila
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012 (September)
Harga: Rp 38.000

***

Nak, dua hal aku benci dalam hidup: September dan pohon mangga. September tidak pernah mau beranjak dari rumah. Betah. Ia sibuk meletakkan neraka di seluruh penjuru. Di ruang tamu. Di ranjang. Di meja makan. Bahkan di dada. Batang pohon mangga tetap selutut persis prasasti batu. Ia berdiri mengekalkan dosa-dosa—dan dosa adalah pemimpin yang baik bagi penyesalan-penyesalan.


Kukila adalah perempuan itu, yang membenci September dan pohon mangga. Hidupnya didera rasa bersalah yang besar, kepada mantan suaminya, mantan kekasihnya, dan anak-anaknya. Kepada suratlah dia berbicara dan kepada pohon-pohonlah dia menyembunyikan masa lalu, karena rahasia, konon, akan hidup aman dalam batang-batang pohon.

Selain “Kukila (Rahasia Pohon Rahasia)”, di dalam buku ini ada dua belas cerita pendek lain, dikisahkan dalam kata-kata Aan Mansyur yang manis, bersahaja, kadang sedikit menggoda.


***

Kukila. Bayangkan seorang perempuan dengan nama yang cantik seperti itu. Kukila. Kukila. Kukila.

Pohon besar itu punya rahasia. Dulu, ceritanya, terdapat tiga anak manusia. Dua laki-laki dan satu perempuan. Laki-laki pertama sering datang dan duduk di bawah pohon itu, memandang ke arah rumah dengan dua jendela. Satu jendela di samping, dan satu di arah utara. Dari kedua jendela tersebut, terlihat dua anak manusia lainnya. Satu perempuan dan satu laki-laki. Dua anak tersebut juga melihat ke luar, ke arah laki-laki yang duduk di bawah pohon.

Apa hubungan cerita itu dengan Kukila? Dengan mantan suaminya? Dengan semua penderitaan hidupnya? Surat-surat Kukila, anak-anaknya, bahkan surat mantan suaminya akan menjelaskan semua itu.

***
Covernya cantik banget yaaaaaa :)

Jujur saya pertama tertarik karena fisiknya. Kalau dipajang di deretan rak toko buku itu langsung mencuri perhatian, gitu. Cantik, sebagaimana Kukila. Sebagaimana isinya.
Ada total 16 cerita dalam kumpulan cerpen karya Aan Mansyur ini. Kukila, Kebun Kelapa di Kepalaku, Setengah Lusin Ciuman Pertama, Perahu Kertas dengan Huruf-Huruf Kanji, Setia adalah Pekerjaan yang Baik, Sehari Setelah Istrinya Dimakamkan, Membunuh Mini, Aku Selalu Bangun Lebih Pagi, Ketinggalan Pesawat, Celana Dalam Rahasia Terbuat dari Besi, Lima Pertanyaan Perihal Bakso, Lebaran Kali Ini Aku Pulang, Hujan. Deras Sekali, Tiba-tiba Aku Florentino Ariza, Tiga Surat Cinta yang Belum Terkirim, dan Cinta (Kami) Seperti Sepasang Anjing dan Kucing.

Cerita-cerita dalam buku ini dikemas dengan baik. Pilihan katanya menarik, tapi gampang dipahami. Cocok lah buat saya yang kadang lama mengerti maksud-maksud tersembunyi dalam kumpulan-kumpulan cerita biasanya (alias lemot :p). Penulis kebanyakan mengangkat tema umum, cinta, tapi cara pengungkapannya bermacam-macam. Saya paling suka twist-twist yang muncul di bagian akhir cerita, kadang agak shocking dan bikin senyum-senyum sendiri.

Ada beberapa cerita yang rasanya lewat begitu saja tanpa perhatian, tapi lebih banyak yang meninggalkan kesan. Dari 16 cerpen yang ada, saya paling suka Setia adalah Pekerjaan yang Baik, Membunuh Mini, Lebaran Kali Ini Aku Pulang, dan Celana Dalam Rahasia Terbuat dari Besi.

Intinya, buat saya, Kukila ada untuk dinikmati. Bukan untuk diartikan terlalu jauh, dikulik bagian-bagiannya lalu dianalisa satu-satu seninya. Kukila itu penghiburan, bacaan ringan yang cocok dibaca saat luang. The book left a sweet aftertaste after I finished it.

*** 
PS:
Ini remeh, tapi saya seneng deh tiap kali buka akun penulisnya, @hurufkecil. Konsisten terhadap username-nya sendiri, setiap kata yang ada di linimasa M Aan Mansyur semuanya menggunakan huruf kecil. Bahkan semua mentions ataupun nama username lain yang menggunakan huruf kapital akan ia ganti terlebih dahulu dengan huruf kecil. Hihihi.

Nick and Norah's Infinite Playlist by Rachel Cohn and David Levithan

Nick and Norah's Infinite PlaylistNick and Norah's Infinite Playlist

Title: Nick and Norah's Infinite Playlist
Author(s): Rachel Cohn and David Levithan
Publisher: Random House Children Book
Year: 2008
Read in Ebook copy

***



Nick is a poor schmuck who just had his heart broken by his ex -and now when he sees the ex coming to the club he's currently in with a new boy, Nick needs a five-minute-fake-girlfriend to show the ex that he's okay (when actually, no he's not). That five-minute-fake-girlfriend is Norah.

This story is told from both Nick and Norah's point of view, and reading their story is exactly like walking into a club full of drunk people: crowded, lots-of-cursing, minds and sentences hopping here and there randomly and fast, sometimes confusing even.

The relationship between Nick&Norah's interesting though, and funny. Both are flirtatious, not wanting to jump quickly into a new relationship after having their heart broken by their ex-es, but at the same time they can't help it to be so attracted to each other.

"This should divert me, but my mind keeps returning to a simple, scary fact: I am liking Norah.
I am liking the way she's friends with Playboygirl Bunnies. I am liking the way she knows how to drive stick. I am liking that I have to earn her smiles and laughs. I am liking the way she kisses me. I am liking the way she seems to be able to get past the past. I could learn from that."

Norah is a likeable character and I love reading the story through her minds. This girl, I don't know, has this quirky way of thinking (but a potty mouth also). She has some insecurity issues from her previous relationship with Tal, and as the night goes Norah keeps wondering how could she suddenly be with Nick; how could Tris dumped this wonderful guy who has written amazing songs for her just like that?

"I'm not that girl who randomly meets a guy one night and has her life changed. I wear cords and flannel shirts. I don't have the killer body like Tris or Caroline. Sometimes I don't wash my hair for three days and sometimes I don't floss. What is this Nick guy doing here with me?"

About Tris, oh Tris, I actually adore that girl. I can't blame Tris for having dumped Nick (because if she didn't, Nick wouldn't have met Norah, right?) or not being able to love Nick the way that boy wants her to be. Norah and Tris's scene in the toilet is actually my favorite part! :))

The story's fast paced with not much complication comes in, so it was a light read. Music plays a big part of it. Though I feel like at some point the story could have ended earlier, but I actually liked how and where the story left us. :)

"Maybe, what we're supposed to do is come together. That's how we stop the breaking."

Tikkun Olam.