September 22, 2012

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa by Prisca Primasari

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa

Judul: Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp 45.000


***










Vinter
Seperti udara di musim dingin, kau begitu gelap, muram, dan sedih. Namun, pada saat bersamaan, penuh cinta berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang berdansa diembus angin…

Florence
Layaknya cuaca pada musim semi, kau begitu terang, cerah, dan bahagia. Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata tak terhingga. Bagaikan bebungaan di Paris yang terlambat berseri…


***

Kali ini kita ikut kabur bersama seorang Florence L'Etoile. Kabur dari Paris, kabur dari orangtuanya, kabur dari kencan buta yang direncanakan oleh mereka, kabur dari masa lalunya. Florence memutuskan untuk pergi ke Hornfleur, sebuah kota kecil di sudut lain Prancis.

Di stasiun SaintLazare, ia duduk dalam satu kompartemen bersama seorang laki-laki. Laki-laki yang pada saat itu membawa sebuah tas, dan kebetulan sekali Florence sedang membutuhkan tas setelah tasnya yang lama jebol di tengah jalan. Laki-laki yang juga akan pergi ke Hornfleur, laki-laki bermata biru jernih, laki-laki yang di tangannya terdapat bekas sayatan luka, laki-laki dengan nama unik namun indah: Vinter Vernalae...

Kisah mereka pun bermula dari pembicaraan di kompartemen kereta menuju Hornfleur tersebut.
"Dua orang bisa bersatu ketika semua partikel di jagad raya mendukung mereka. Ketika mereka berpisah, terasa ada yang mengganjal. Ganjil dan aneh."
Buku ini seolah bukti bahwa cover atau penampilan buku bisa sangat berpengaruh terhadap minat orang untuk membacanya. Saya murni tertarik pada novel ini, karena: 1) Cover yang cantik. Iya, cantik banget! Dengan nuansa bunga-bunga, warna biru yang damai, salju, serta selipan kecil menara Eiffel, siapa yang tidak tertarik? 2) Judul. Meskipun panjang, tapi catchy. 3) Nama pengarangnya. Saya tahu Prisca Primasari setelah membaca cerita Chokoreto dalam Gagas Duet 'Beautiful Mistake'-nya dengan Sefryana Khairil, dan saya terkesan akan penggambaran suasana Jepang yang kental dalam cerita tersebut, sehingga jadi lebih tertarik untuk membeli buku ini.

Senangnya, Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa tidak mengecewakan. Genrenya memang umum, romance, namun cara pengarang menyampaikan ceritanya yang membuat kisahnya indah. Suasana musim dingin di Hornfleur dan Paris benar-benar terasa, dan juga dengan diselipi tambahan berupa seni lagu-lagu, puisi-puisi indah klasik, pahatan es, menjadi istimewa. Dari sini saya tahu bahwa keunggulan seorang Prisca adalah: bisa membuat setting dan latar cerita seolah real.

"Dia agak penyendiri, tapi aku bisa merasakan kebaikannya. Dia agak kelam, kau ceria. Kupikir kau bisa melengkapinya. Saat aku membicarakan dirimu, dia tidak bertanya, 'Apakah dia cantik? Bagaimana wajahnya? Bagaimana perangainya?' Tetapi, yang dia tanyakan adalah, 'Apa yang disukainya? Apa yang membuatnya bahagia? Aku berharap aku dapat memberikan sesuatu untuknya...'"

Membaca kisah Florence dan Vinter, meskipun ringan, tetap memberi twist yang menarik di akhir. Karakter dua tokoh utamanya lumayan kompleks, dengan masalah dan masa lalu mereka masing-masing yang berat dan gelap. Tokoh-tokoh pendukung juga dihadirkan dengan baik, termasuk saat kita dibawa mengenal seorang Mr Zima, laki-laki tua dengan tumor otak, perangai buruk namun menyimpan banyak cerita menyedihkan dan mengharukan.

Pertemuan Florence dan Vinter bukan hanya kisah dua manusia yang bertemu pada suatu pelarian, jatuh cinta, lalu lantas bersama dan hidup bahagia begitu saja. Florence masih dibebani dengan keinginan orangtuanya untuk menjodohkan ia dengan laki-laki dari kencan buta tersebut, dan Vinter... Vinter ternyata juga memiliki seorang perempuan yang menunggunya. Vinter telah memberi janji pada perempuan itu. Lalu bagaimana dengan hubungan mereka berdua?

"Kau tahu apa yang dikatakan Vinter ketika aku bertanya bagaimana perasaannya ketika kau pergi meninggalkannya?"
"Apa?"
 " 'Seperti kehilangan separuh tubuhku.' "

Ada kejutan kecil di bagian akhir buku, jadi lebih baik dibaca sendiri ;)

Meskipun begitu, buku ini pun tak lepas dari beberapa kekurangan kecil. Selain jalan cerita yang (meskipun sudah amat menarik dan menyenangkan) namun masih sedikit predictable, sesungguhnya membaca tulisan..... seperti..... ini..... agak..... mengganggu. Saya menemukan sekali banyak kalimat yang ditulis demikian (mulainya kira-kira dari halaman 120-an). Entah memang dimaksudkan seperti itu atau terlewat saat koreksi. Jujur saja, sekali dua kali dalam satu bagian masih bisa dinikmati. Tapi ketika.... hampir semua bagian.... ditulis seperti ini.... jadinya justru..... sedikit mengganggu keasyikan proses membaca. Semoga kedepan penulis dan penerbit juga lebih mempertimbangkan.

Oh ya. Keunggulan lain dari cerita ini adalah selipan kisah dari Vinter's point of view di akhir cerita! Bagian ini bagian paling menyenangkan karena kita bisa mengetahui lebih jelas mengenai kisah hidupnya dan perasaan (serta pemikiran) yang ia miliki. Tidak banyak, memang, tetapi tetap menarik.

Overall, Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa recommended untuk para penyuka kisah romance yang ringan dan tidak terlalu berat, dimana membaca ceritanya seolah sedang menyaksikan sebuah film rom-com yang akhirnya pasti bahagia (ups!). Ceritanya sangat khas Gagas, dan khas Prisca Primasari. :)

"Hidup terus berjalan. Tidak akan ada peri yang datang padamu. Hanya kau satu-satunya orang yang dapat membuat dirimu sendiri bahagia."

- Tirta.

No comments:

Post a Comment

Thank you for reading this post! I always love to share and discuss thoughts about books or simply reading your comments; they are very much appreciated! I will try to reply every one of them so make sure to check back. ❤