September 09, 2012

Pertama Kalinya! by Sitta Karina dkk

Pertama Kalinya!


Judul: Pertama Kalinya!
Penulis: Sitta Karina, Alanda Kariza, Nia Hesti Aprilya, Keisha Deisra, Maria Christina Michaela, Natalia Galing, Diana Laksmini, Stephanie Renni Anindita
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 30.000


***





There`s always a first for everything. Dan yang namanya pengalaman pertama dalam kehidupan remaja pasti rasanya bermacam-macam: senang, seru, sedih, deg-degan... tak terlupakan!

Begitu juga dengan hal-hal unik yang dialami para tokoh dalam ceritanya, seperti Aisha ("Bandara"), Sai Aslan ("Supranatural"), Keyko Satwika ("Ekspresi Ruby Keyko"), Alif Hanafiah ("Mata Hati"), serta 8 cerpen lainnya.

Poin plus lainnya dengan membeli buku ini adalah kalian ikut membiayai sekolah anak-anak dari keluarga prasejahtera di Indonesia. Sebagian besar hasil penjualannya akan disumbangkan ke GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh), untuk kemudian disalurkan ke daerah-daerah di seluruh pelosok tanah air yang membutuhkannya. Kebanyakan dari anak-anak ini baru memulai SD. Jadi dapat dibayangkan, sebuah kesempatan untuk bisa bersekolah akan menjadi "pengalaman pertama" yang sangat menyenangkan bagi mereka!

Have fun with these "first-time" moments. Your experience is as precious as yourself!


***
"Kamu liat kan penyu dan elang itu?"
"Iya."

"Mereka nggak menyerah lho, La. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk terus hidup, walaupun itu hanya sebatas di penangkaran. Aku ingin kamu seperti mereka, seberat apapun hidup yang kamu jalani, kamu harus tetap berusaha hidup."

Banyak dari kita yang sudah mengenal sosok penulis Sitta Karina dari berbagai karyanya yang senantiasa menarik perhatian para remaja dan selalu laris di pasaran. Sitta Karina adalah seorang penulis produktif yang telah menghasilkan lebih dari 8 karya best-seller sejak tahun 2004. Kali ini, ia hadir bersama penulis-penulis muda lain dalam sebuah proyek kumpulan cerpen yang diberi judul Pertama Kalinya!.

Tema yang diangkat dalam kumpulan cerpen berisi 12 karya ini adalah pengalaman pertama yang dialami oleh para remaja. Dalam Bandara, Alanda Kariza menghadirkan tokoh yang pertama kalinya memberanikan diri untuk pergi ke luar negeri, keluar dari zona nyaman dan meninggalkan kehidupan lamanya di Indonesia. Pada cerita Gulali Helua, Helua akhirnya belajar untuk menerima keadaan fisik dirinya yang gendut. Stephenie Renni Anindita menuliskan pengalaman pertama Shizu patah hati dalam Baby Steps. Namun yang menjadi bagian favorit saya adalah cerpen Aqila, Penyu dan Elang karya Diana Laksmini, dimana Aqila, seorang gadis yang divonis berpenyakit Lupus pada usia 15 kini belajar untuk lebih memahami arti kehidupan dengan tidak mudah menyerah pada keadaan.

Meskipun ditulis dalam satu tema yang seragam, para penulis dapat menghadirkan suasana berbeda dengan gaya khas masing-masing dalam setiap cerpen. Sitta Karina, meskipun karyanya mendominasi (6 cerpen dari 12 cerpen total), namun penulisannya tidak membuat penulis lain seolah anak bawang. Situasi dan latar penulis yang kebanyakan masih berusia muda juga berhasil membuat isi kumpulan cerpen ini terasa ‘dekat’ dengan pembaca, terlebih lagi karena isinya kebanyakan merupakan hal-hal umum yang memang banyak ditemui di kehidupan remaja sekarang. Sakit hati karena dikritik sahabat, melakukan sesuatu yang tidak disetujui orangtua, keluhan saat naik bis umum yang penuh sesak, dan masih banyak lagi.

Banyak nilai-nilai moral dan kehidupan yang bisa diambil dari kumpulan cerpen ini. Belajar untuk menerima kekurangan, seperti yang dijabarkan pada Ayo Buka Telinga, Kui! dan Gulali Helua. Belajar untuk mengebelakangkan rasa tidak percaya diri, kita dapatkan dari Bandarar dan Ekspresi Ruby Keyko. Belajar untuk stand up dan berani melawan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti halnya yang dilakukan Liv pada kisah L tanpa A. Pada intinya adalah, bahwa dengan semua kejadian dan peristiwa yang terjadi semasa usia remaja kita, akan menghadirkan hasil yang baik apabila kita menyikapinya dengan baik dan optimis pula.

Kata-kata Ayah yang mengatakan kalau mentalku harus diubah, terngiang di benakku. Mungkin mentalku yang angkuh, sombong dan selalu mengeluhlah yang Ayah maksud. Sepatutnya aku bersyukur dengan semua kelebihan yang aku miliki. Kalau diingat-ingat, memalukan sekali aku mengeluh di Facebook hanya karena naik bus kota.

Gaya bahasa yang digunakan para penulis sangat meremaja, hal itu bisa dilihat melalui percakapan antar tokoh maupun gambaran perbuatannya. Pilihan katanya dekat dengan kehidupan sehari-hari – kalau punya mobil pribadi, ngapain mesti naik bus kota?, gue nggak mau ngeliat elo lagi, kalo nge-date sama cewek bukannya sebaiknya ke Starbucks ya?, kamu nanti bakalan makan hati kalo jadian sama cowok freak kayak gitu! –terasa wajar dan mudah diterima. Meskipun pada beberapa bagian juga terselip bahasa yang sedikit lebih dewasa dan banyak nasihat, namun tidak mengganggu keseluruhan isi cerita.

(Sayangnya, ada satu yang menjadi kekurangan. Meskipun kumpulan cerpen ini baik, namun terasa tidak ada satupun yang benar-benar menonjol. Ini bisa menjadi kelebihan, namun juga kekurangan. Karena tidak ada yang menonjol itulah justru kumpulan cerpen ini seolah tidak benar-benar meninggalkan kesan yang mendalam bagi para pembacanya, tidak ada yang istimewa, meskipun hanya satu bagian. Pada beberapa cerpen pertama cerita justru terkesan membosankan, apalagi ada satu cerita yang full monolog, tanpa percakapan. Untunglah semakin ke bagian akhir buku ceritanya semakin baik dan seru.)

Recommended to: Kumpulan cerpen ini layak dibaca oleh para remaja, khususnya perempuan. Para penggemar cerita Sitta Karina dan penyuka genre teenlit (teen literature) juga pasti tidak kecewa. Dengan banyaknya nilai moral yang bisa diambil dan dijadikan panduan dalam kehidupan sebagai remaja, Pertama Kalinya! ini patut dibeli. Terlebih lagi, setiap hasil penjualan kumpulan cerpen ini akan disumbangkan untuk GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh), yang kemudian digunakan untuk membiayai para anak-anak tidak mampu yang akan memulai Sekolah Dasar dari seluruh pelosok tanah air. Jadi, sambil menyelam minum air. Sambil membaca sebuah karya bagus, kita juga sekalian beramal.

***

Review ini dibuat untuk tugas Bahasa Indonesia, menulis resensi kumpulan cerpen dari sekolah. Jadi mohon maaf kalau bahasanya agak aneh dan sedikit berbeda :p


- Tirta.

No comments:

Post a Comment

Thank you for reading this post! I always love to share and discuss thoughts about books or simply reading your comments; they are very much appreciated! I will try to reply every one of them so make sure to check back. ❤